Konservasi Lahan


PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Bentuk permukaan bumi selalu mengalami perkembangan dan perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi. Perubahan tersebut disebabkan oleh proses-proses geomorfologi, yaitu setiap media alami yang mampu menghancurkan dan menghanyutkan material batuan maupun tanah dengan tenaga yang terdiri dari air, angin dan gelombang (Thornbury,1954). Salah satu proses geomorfologi yang menyebabkan perubahan bentuk permukaan bumi tersebut adalah erosi. Erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari satu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain (Sitanala Arsyad, 1989). Studi erosi sangat penting baik dalam bidang pertanian, maupun kehutanan karena dengan mengetahui tingkat erosi yang ada di suatu daerah akan dapat diambil langkah-langkah dalam mengantisipasi tingkat erosi lebih lanjut, yaitu dengan konservasi tanah baik secara mekanik, vegetative maupun kimia agar kelesterian tanah dan produktivitas tanah tetap terjaga.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya erosi seperti : erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang, kemiringan lereng, vegetasi dan manusia. Dari enam faktor tersebut salah satu faktor penyebab terjadinya erosi tanah adalah erodibilitas tanah. Erodibilitas tanah adalah daya tahan tanah terhadap proses penguraian dan pengangkutan oleh tenaga erosi. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tekstur tanah, kandungan bahan organik, struktur tanah dan permeabilitas tanah. Studi erodibilitas tanah sangat penting sebab dengan mengetahui erodibilitas tanah kita akan mengetahui sifat fisik dan kimia tanah tersebut.
Pada kesempatan ini saya sebagai penulis akan membahas tentang bagaimana dampak dan faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya erodibilitas tanah.
1.2.    Tujuan
Tujuan dilakukannya penulisan makalah konservasi tanah yang berjudul erodibilitas tanah adalah untuk mengetahui dampak dan faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya erodibilitas tanah
1.3.    Manfaat
    manfaat dilakukannya penulisan makalah konservasi tanah yang berjudul erodibilitas tanah adalah agar mahasiswa mengetahui dampak dan faktor terjadinya erodibilitas tanah dan diharapkan makalah ini mampu menambah pengetahuan dan wawasan pembaca atau mahasiswa.


TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
Wischmeier. W.H dan Smith D.D (1978)  dalam bukunya yang berjudul“Predicting Rainfall Erosion Losses a Guide to Conservation Planning” menyebutkan bahwa nilai indeks erodibilitas tanah (K) didasarkan pada jumlah tanah yang hilang dalam ton/ha/th, dari sebidang tanah pada panjang lereng 72,6 kaki (feet), kemiringan lereng 9% tanah diolah tetapi dibiarkan tidak ditanami. Adapun analisa indeks erodibilitas tanah (K) dalam metode tersebut didasarkan pada % kandungan pasir sangat halus ditambah % kandungan debu, % kandungan pasir kasar, % bahan organik, tipe dan kelas struktur tanah, dan tingkat permeabilitas tanah. Angka-angka tersebut kemudian diproses dengan nomograf erodibilitas tanah untuk menetapkan nilai indeks faktor erodibilitas tanah (K).
 
Sitanala Arsyad (1989) dalam bukunya yang berjudul “Konservasi Tanah dan Air” mengemukakan bahwa kemudahan tanah untuk mengalami erosi dikenal dengan erodibilitas. Jadi tanah yang mempunyai erodibilitas tinggi akan mudah mengalami erosi daripada tanah yang mempunyai nilai erodibilitas rendah. Erodibilitas tanah menyangkut ketahanan tanah terhadap pelepasan dan pengangkutan, maka erodibilitas tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah yang meliputi tekstur tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik dan bahan semen serta permeabilitas tanah.

Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan konservasi dan pengelolaan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan terarah. Namun demikian, veiche (2002) menyatakan bahwa konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya merupakan suatu hal yang bersifat kompleks atau tidak sederhana, karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat tanah.
Erodibilitas tanah (ketahanan tanah) dapat ditentukan dengan aturan rumus menurut, perhitungan nilai K dapat dihitung dengan persamaan Weischmeier, et all, 1971)
K = 1,292{ 2,1 M 1,14 (10 -4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)}
100
Dimana :

M = ukuran partikel (% pasir sangat halus+ % debu x (100-% liat)
% pasir sangat halus = 30 % dari pasir (Sinukaban dalam Sinulingga,1990)
a = kandungan bahan organik (% C x 1,724)
b = harkat struktur tanah
c = harkat permeabilitas tanah

Erodibilitas tanah juga dapat diduga dengan menggunakan nomograph (Gambar 1). Sifat-sfat tanah yang menentukan besarnya nilai K berdasarkan Nomograph tersebut adalah (1) Persen kandungan debu dan pasir halus, (2) Persen Kandungan pasir, (3) Persen bahan kandungan bahan organik (4) Struktur tanah, (5) Permeabilitas tanah. Untuk itu diperlukan angka hasil penetapan sifat- sifat tanah seperti tekstur dengan 4 fraksi ( pasir kasar, pasir halus, debu, dan liat ) dan bahan organik tanah sedangkan struktur dan permeabilitas ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan pada profil tanah yang dapat digambar dalam Nomograph.

Lee dalam Kartasaepotra, dkk (1985) mengatakan bahwa dalam pengelolaan tanah dan penggunaan tanah itu untuk pertanaman, permukaan tanah harus dipilih dengan hati-hati, apakah terdapat erodibilitas yang tinggi atau rendah demikian juga panjangnya larikan-larikan tanah yang miring harus dibatasi apabila erosi dan pencucian tanah-tanah yang dilarutkan itu hendak dibatasi. Kepekaan tanah terhadap daya menghancurkan dan penghanyutan oleh air curahan hujan disebut erodibilitas. Jika erodibilitas tanah tersebut tinggi maka tanah itu peka atau mudah terkena erosi dan jika erodibilitas tanah itu rendah berarti daya tahan tanah itu kuat atau resisten terhadap erosi.


METODOLOGI

3.3. Metode Penyusunan
Dalam penyusunan makalah konservasi tanah dan air yang berjudul erodibilitas tanah penulis menggunakan metode pengumpulan data diberbagai sumber seperti mencari data  browsing internet dan mencari buku yang berjudul konservasi tanah dan air yang berada di perpustakaan kampus politeknik kelapa sawit. Setelah bahan semua terkumpul penulis mulai menyusun makalah ini dengan teliti.


PEMBAHASAN

4.1. Faktor-Faktor Dan Dampak Terhadap Erodibilitas Tanah
        Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat tanah, yakni sifat fisik mekanik, hidrologi, kimia, reologi/litologi, mineralogi, dan biologi, termasuk karakteristik profil tanah seperti kedalaman tanah dan sifat-sifat dari lapisan tanah (Veiche, 2002), Poesen (1983) menyatakan bahwa erodibilitas bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun ditentukan pula oleh faktor-faktor erosi lainnya, yakni erosivitas, topografi, vegetasi, fauna dan aktivitas manusia. Suatu tanah yang mempunyai erodibilitas tanah rendah mungkin mengalami erosi berat jika tanah tersebut terdapat pada lereng yang curam dan panjang. Serta curah hujan dengan intensitas hujan yang selalu tinggi. Sebaliknya, suatu tanah yang mempunyai erodibilitas tinggi, mungkin memperlihatkan gejala erosi ringan atau tidak sama sekali bila terdapat pada lereng yang landai, dengan penutupan vegetasi yang baik, dan curah hujan yang berintensitas rendah. Hudson (1978), juga menyatakan selain sifat fisik tanah, faktor pengelolaan/perlakuan terhadap tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat erodibilitas suatu tanah. Hal ini berhubungan dengan adanya pengaruh dari faktor pengelolaan tanah terhadap sifat-sifat tanah. Seperti yang ditunjukan oleh hasil penelitian Rahman et al. (2003). Bahwa pengelolaan tanah dan tanaman mengakumulasi sisa-sisa tanaman berpengaruh baik terhadap kualitas tanah, yaitu terjadinya perbaikan stabilitas agregat tanah, ketahanan tanah (shear strenght), dan resistensi/daya tahan tanah terhadap daya hancur curah hujan (splash detachement).

        Meskipun erodibilitas tanah tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun untuk membuat konsep erodibilitas tanah menjadi tidak terlalu kompleks, maka beberapa peneliti menggambarkan erodibilitas tanah sebagai pernyataan keseluruhan pengaruh sifat-sifat tanah dan bebas dari faktor-faktor penyebab erosi lainnya (Arsyad, 2000).
        Pada prinsipnya sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erodibilitas tanah adalah: (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas tanag menahan air, dan (2) sifat-sifat yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi, dan pengikisan oleh butir-butir air hujan dan aliran permukaan. Sifat-sifat tanah tersebut mencakup tekstur, struktur, bahan organik, permeabilitas tanah, sifat lapisan tanah dan tingkat kesuburan tanah (Morgan, 1979; Arsyad, 2000). Secara umum, tanah dengan kandungan debu tinggi, liat rendah, dan bahan organic rendah adalah yang paling mudah tererosi (Wischmeier dan Mannering, 1969). Jenis mineral liat, kandungan besi dan aluminium oksida, serta ikatan elektro-kimia di dalam tanah juga merupakan sifat tanah yang berpengaruh terhadap erodibilitas tanah (Wischmeier dan Mannering, 1969; Liebenow et al, 1990). Dampak terjadinya erodibilitas adalah seperti halnya dampak terhadap erosi yakni, kehilangan lapisan tanah yang baik bagi berjangkarnya akar tanaman, kehilangan unsur hara dan kerusakan struktur tanah.

a.    Tekstur Tanah
Tekstur menunjukkan sifat halus atau kasarnya butiran-butiran tanah Tekstur ditentukan oleh kandungan pasir, debu dan liat yang terdapat dalam permukaan tanah. Tekstur tanah yang terlibat dalam butiran berjarak 200 mikron sampai ukuran 0,01 mikron. Butir-butir liat yang lebih kecil dari ukuran 0,01 mikron wujudnya dalam bentuk koloid. Suatu gumpal tanah tidak pernah tersusun hanya satu macam tekstur secara tersendiri. Langkah pertama untuk menentukan tekstur ialah menganalisa fraksi-fraksi tanah tersebut (Rafi’i, 1990).

Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Berdasar atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam 12 tekstur. Sebaran besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir, berlempung kasar, berlempung halus, berdebu kasar. Bila fraksi halus kurang dari 2 mm sedikit sekali dan tanah terdiri dari kerikil, batu-batu dan lain-lain disebut fragmental (Winarso, 2005).

Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi karena selain mempunyai ukuran yang relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai ikatan (tanpa adanya bantuan bahan perekat/pengikat) karena tidak mempunyai muatan. Berbeda dengan debu, liat meskipun merupakan ukuran yang sangat halus, namun karena mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk ikatan. Meyer dan Harmon (1984) menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur halus (didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit dihancurkan. Walaupun demikian bila kekuatan curah hujan atau aliran permukaan mampu menghancurkan ikatan antar partikelnya maka akan timbul sedimen bahan tersuspensi yang mudah untuk terangkut atau terbawa aliran permukaan.
b.    Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung dengan satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok (cluster) yang disebut agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan edafologi, sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting dari sekedar bentuk agregat. Dalam hubungan tanah-tanaman, agihan ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering dan kekerasan (hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu sendiri (Suci dan Bambang, 2002).

Istilah struktur tanah merujuk cara butiran-butiran tanah saling mengelompok secara bersama-sama diikat oleh koloida tanah. Tingkat perkembangan struktur tanah ditentukan berdasarkan atas kemantapan dan ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain atau saling melekat menjadi satu satuan yang padu dan disebut massive atau pejal. Tanah dengan struktur yang baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah (Hardjowigeno, 2003).

Struktur tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan akar dan bagian tanaman di atas tanah. Apabila tanah padat maka ruang pori tanah berkurang sehingga pertumbuhan akar terbatas yang akhirnya produksi menurun. Struktur tanah berpengaruh kuat terhadap kerapatan isi tanah (Winarso, 2005).

Bentuk dan stabilitas agregat serta persentase tanah yang teragregasi sangat berperan dalam menetukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang peka terhadap erosi adalah tanah yang paling rendah persentase agregasinya. Tanah-tanah dengan tingkat agregasi yang tinggi, berstruktur kersai, atau granular tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah yang tidak berstruktur atau susunan butir-butir primernya lebih rapat (Meyer dan Harmon, 1984).

Dalam menentukan erodibilitas tanah perlu memperhatikan keadaan struktur tanah dalam ukuran diameter yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penilaian Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter)
No     Struktur                                     Kelas
1.     Granuler sangat halus                     1
2.     Granuler halus                                2
3.     Granuler sedang sampai kasar        3
4.     Masif kubus, lempeng                    4

c.    Bahan Organik
C-organik akan mempengaruhi kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi kandungan C- organik maka semakin meningkat kandungan bahan organik. Kandungan bahan organik tanah dapat diketahui dari persamaan bahan organik = % C organik x 1, 724 (Muklis, 2007).

Bahan organik didefinisikan sebagai sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari baik masih hidup maupun mati. Di dalam tanah berfungsi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa penambahan bahan organik tanah lebih kuat pengaruhnya terhadap perbaikan sifat-sifat tanah dan bukan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaan bahan organik ke tanah harus memperhatikan kadar unsur hara C terhadap unsur hara lainnya misalnya N, P, K karena apabila terjadi nisbah sangat besar bisa menyebabkan terjadinya immobilisasi (Winarso, 2005).

Bahan organik tanah adalah semua bahan di dalam tanah baik yang hidup maupun sudah mati. Pada terminologi tertentu biomassa tidak dimasukkan sebagai. bahan organik tanah dan menggunakan istilah humus. Jumlah dan sifat bahan organik tanah sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah. Bahan organik menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna tanah, konsistensi tanah, partikel density, bulk density, sumber unsur hara, pemantap agregat dan aktivitas organisme tanah (Muklis, 2007).

Bahan organik tanah dibutuhkan untuk pembentukan dan pemantapan agregat- agregat tanah. Zarah-zarah tanah membantu bagi struktur tanah yang mengandung baik pori-pori besar maupun kecil dan sebagai akibatnya memperbaiki keadaan air dan udara. Kecepatan infiltrasi dan perkolasi yang lebih baik akan mengurangi run off dan erosi dan agregat tanah yang mantap tidak mudah terlepas dari permukaan tanah dan terbawa oleh air (Konkhe, 1968).

Bahan organik tanah sangat penting karena berperan aktif dalam proses pelapukan dan pembentukan tanah, menentukan berbagai sifat fisik dan kimia tanah sehingga menentukan kesuburan tanah (Soepardi, 1983).

Tanah yang masih subur ditentukan dengan kandungan kompleks liat dan humusnya tinggi yang masih belum tererosi. Terjadinya erosi selain partikel- partikel tanah yang dihanyutkan adalah jumlah unsur- unsur hara. Penghanyutan bahan organik yang diakibatkan erosi dapat menghanyutkan top soil dan sub soil yang masih banyak kandungan unsur haranya. Sehubungan dengan terangkutnya bahan-bahan organik dari lapisan permukaan tanah yang merupakan lapisan olah maka aktivitas biota juga menurun (Kartasaepotra, dkk, 1985).

Bahan organik di dalam tanah jumlahnya tidak sama antara jenis tanah yang satu dengan yang lainnya seperti Histosol yang mengandung bahan organic.  > 65 %. Perbedaan kandungan bahan organik ini tergantung pada jenis tanah dan cara pengelolaan tanah. Menurut Puslitanak (2005) Bogor ada beberapa kriteria dari bahan organik sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

Tabel 3. Kriteria Bahan Organik.

No     Kriteria Bahan Organik                         Nilai
1.     Sangat tinggi                                            > 6.00
2.     Tinggi                                                      4.30- 6.00
3.     Sedang                                                    2.10- 4.20
4.     Rendah                                                    1.00- 2.00
5.     Sangat rendah                                          < 1.00

d.    Permeabilitas
Permeabilitas tanah adalah kecepatan air menembus tanah pada periode tertentu dan dinyatakan dalam cm/jam (Foth, 1978). Sedangkan menurut Hakim dkk (1986) permeabilitas tanah adalah menyatakan kemampuan tanah melakukan air yang bisa diukur dengan menggunakan air dalam waktu tertentu.

Nilai permeabilitas penting dalam menentukan penggunaan dan pengelolaan praktis tanah. Permeabilitas mempengaruhi penetrasi akar, laju penetrasi air, laju absorpsi air, drainase internal dan pencucian unsur hara (Donahue, 1984).

Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah menurut Hillel (1971) antara lain adalah tekstur tanah, porositas dan distribusi ukuran pori, stabilitas agregat dan stabilitas struktur tanah serta kadar bahan organik tanah. Ditegaskan lagi bahwa hubungan yang lebih utama terhadap permeabilitas tanah adalah distribusi ukuran pori sedangkan faktor- faktor yang lain hanya ikut menentukan porositas dan distribusi ukuran pori. Tekstur kasar menurut Anonimous (2008) mempunyai permeabilitas yang tinggi dibandingkan dengan tekstur yang halus karena tekstur kasar mempunyai pori makro dalam jumlah banyak sehingga umumnya tanah-tanah yang didominasi oleh tekstur kasar seperti pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas tanah yang rendah.

Permeabilitas tanah juga dapat diukur dengan menggunakan metode Hukum Darcy. Tanah di lapangan pada umumnya berlapis, pada pasir nilai permeabilitas lapangan dan laboratorium jelas berbeda akibat proses sedimentasi dalam pembentukan deposit tanah, struktur tanah di lapangan dapat berubah atau hilang karena contoh tanah yang tidak terganggu tidak dapat diuji (Bowles, 1991).

Nilai permeabilitas dapat ditentukan dengan data lapangan dan data analisis laboratorium berbeda Nilai permeabilitas tanah ditetapkan dalam keadaan jenuh. Penentuan kelas permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 3 yang merupakan permeabilitas dalam menentukan erodibilitas tanah.

Tabel 3 Penilaian Kelas Permeabilitas Tanah- Tanah.
No     Kelas               Kecepatan Permeabilitas Tanah       Kelas
1.     Sangat lambat                   (< 0,5 cm/jam)                     6
2.     Lambat                            (0,5-2 cm/jam )                       5
3.     Lambat sampai sedang    (2,0-6,3 cm/ jam)                    4
4.     Sedang                            (6.3-12,7 cm/jam)                    3
5.     Sedang sampai cepat       (12,7- 25,4 cm/jam)                 2
6.     Cepat                               (> 25, 4 cm/jam)                     1 


PENUTUP

5.1. Kesimpulan
        Jadi tanah yang mempunyai erodibilitas tinggi akan mudah mengalami erosi daripada tanah yang mempunyai nilai erodibilitas rendah. Studi erodibilitas tanah sangat penting sebab dengan mengetahui erodibilitas tanah kita akan mengetahui sifat fisik dan kimia tanah tersebut. erodibilitas bukan hanya ditentukan oleh sifat-sifat tanah, namun ditentukan pula oleh faktor-faktor erosi lainnya, yakni erosivitas, topografi, vegetasi, fauna dan aktivitas manusia. Sifat-sifat tanah mencakup tekstur, struktur, bahan organik, permeabilitas tanah. Sedangkan Dampak terjadinya erodibilitas adalah seperti halnya dampak terhadap erosi yakni, kehilangan lapisan tanah yang baik, kehilangan unsur hara dan kerusakan struktur tanah.

    5.2. Saran
Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat tanah. Sehingga disarankan untuk mengurangi pengaruh penyebab erodibilitas tanah perlu dilakukan upaya pencegahan berupa tindakan konservasi tanah dan perbaikan pengolahan lahan.

0 komentar:



Posting Komentar