pendalaman materi fisiografi


Pendalaman Materi I

1.      Penjelasan pengertian:
a.          Fisiografi yaitu uraian atau deskripsi tentang genesis dan evolusi bentuklahan (AGI ,1962).Fisiografi yaitu deskripsi kenampakan atau gejala alami dan hubungan timbalbaliknya (Monkhouse, 1972). Fisiografi disamaartikan dengan geografi fisik dan di Amerika lebih terbatas pada kajian bentuklahan (geomorfologi). Fisiografi adalah deskripsi bentuklahan atau medan yang mencakup aspek fisik (abiotik) dari lahan (van Zuidam, 1979). Fisiografi adalah studi mengenai daratan (geomorfologi), atmosfer (meteorologi-klimatologi) dan laut (an) (Lobeck, 1939).
b.          Fisiografi lingkungan adalah uraian tentang aspek fisik dari lingkungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya mencakup aspek udara, tanah/batuan, air, dan lahan.
c.          Geomorfologi adalah kajian bentuklahan terutama mengenai sifat alaminya, asal mula, proses perkembangan dan material penyusunnya (Cooke, et al., 1979). Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan yang menguraikan bentuklahan dan proses pembentukannya dan menyelidikan hubungan antara bentuklahan dengan proses tersebut dalam tatanan keruangannya (Van Zuidam,et al., 1979). Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan berkaitan dengan bentuk lahan, baik di atas atau di bawah permukaan air laut, dan menekankan pada genesis dan perkembangan pada masa datang dan konteksnya dengan lingkungan ( Verstappen, 1983).

2.      Fisiografi/geomorfologi dapat dijadikan dasar kajian masalah lingkungan karena mempunyai potensi terapan dalam masalah lingkungan yaitu seperti contoh dalam AMDAL memiliki 4 fungsi utama yaitu :
Ø  Mengkaji rona lingkungan awal dalam aspek morfologi, topografi, struktur geologi.
Ø  Sebagai bahan kajian dalam AMDAL yang mencakup indikator lingkungan dalam stabilitas geologi/tanah (longsor,gempa, sesar, dan gunung api).
Ø  Memperkirakan dampak penting bagi lingkungan  seperti: kestabilan geologi, kestabilan lereng (erosi), keunikan bentuk lahan, dan perubahan lahan akibat penggalian, penimbunan, terowongan, pemmbuangan sampah.
Ø  Sebagai studi evaluasi lingkungan seperti longsor tanah/batuan, ketidakstabilan lereng, bahaya banjir, daya serap tanah akan air, dan penggundulan vegetasi penutup. 
3.                       Konsep dasar geomorfologi yang digunakan untuk menganalisis aspek kebencanaan suatu daerah yaitu:
a.       Konsep dasar ke 3 yakni tingkat perkembangan relief permukaan bumi tergantung pada proses geomorfologi yang berlangsung. Konsep ini menjelaskan bahwa bencana alam yang terjadi dapat dianalisis melalui tingkat permukaan bumi, misalnya analisis bencana pada dataran rendah seperti banjir, analisis pada dataran tinggi seperti longsor.
b.      Konsep dasar ke 4 yakni geomorfologi terekam atau meninggalkan jejak nyata pada bentuk lahan dan setiap proses geomorfologi memiliki karakteristik bentuk lahan yang berbeda. Konsep ini menjelaskan bahwa bencana ekologi seperti longsor gempa bumi, gunung berapi pada suatu daerah dapat dijalaskan melalui jejak nyata bentuk lahan daerah tersebut. Misalnya jejak lahan yang terbentuk dari batuan pasir akan mudah terjadi longsor  atau pada daerah volcano akan mudah terkena bencana gunung api.
c.       Konsep dasar ke 5 yaitu keragaman erosional agent seperti air dan angin dapat membentuk urutan landform dengan tingkat kerawanan bencana yang berbeda pada suatu daerah. Misalnya analisa yang terjadi pada suatu daerah dapat dilakukan melalui bentukan landform oleh erosional agent seperti air yang dapat berupa air permukaan tanah, air bawah tanah, gelmbang laut, arus laut, dan curah hujan.
4.                            Ada 4 aspek utama dalam geomorfologi dan arti pentingnya dalam studi ilmu lingkungan yaitu:

a.       Static geomorphology yaitu kajian tentang aktual bentuklahan. Pada studi ilmu lingkungan aspek ini memiliki arti penting dalam menganalisis rona aktual landform sehingga mampu menjawab jika terjadi permasalahan atau bencana pada landform tersebut.
b.      Dynamic Geomorphology yaitu kajian tentang proses dan perubahan jangka pendek pada bentuklahan. Aspek ini memiliki arti penting dalam menganalisis lingkungan berkaitan dengan perubahan ekologis jangka pendek pada bentuk lahan tersebut, misalnya analisis dampak lingkungan pada perubahan penggunaan lahan hutan lindung menjadi hutan produksi.
c.       Genetic geomorphology yaitu berkaitan dengan perkembangan jangka panjang dari suatu bentuk lahan. Aspek ini memiliki arti penting dalam menganalisis permasalahan lingkungan berkaitan dengan asal usul bentuklahan yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Misalnya kajian tentang struktur batuan atau sifat permaebilitas tanah yang menyerap air pada suatu daerah kekeringan.
d.      Environmental geomorphology yaitu berkaitan tentang ekologi bentuklahan yang berhubungan dengan geomorfologi dan ilmu yang berkaitan dengan struktur lahan. Aspek ini memiliki arti penting dalam mengkaji sumber daya yang terjadi pada lingkungan.


Pendalaman Materi II

1.      Penjelasan tentang :
ü Satuan bentuk lahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan, dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu.
ü  Karakteristik satuan bentuk dicerminkan melalui kesamaan struktur geologis atau geomorfologis, proses geomorfologis, kesan dan kesamaan topografi, struktur hidrologis, struktur tanah, dan vegetasi.
ü Manfaatnya bagi kajian ilmu lingkungan antara lain: mempelajari bentang alam, membantu dalam pembuatan peta geomorfologis, mengkaji permasalahan lingkungan seperti bencana ekologis atau bencana akibat ulah manusia melalui kajian perubahan bentuk lahan.
2.      Satuan bentuk lahan berdasarkan asal usulnya:
a.       Bentuk lahan asal vulkanis (V)
o   Karakteristik : Satuan bentuk lahan terbentuk dari aktifitas gunung api berupa bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone) dan bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya) yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan kadang sampai kaki lereng. Daerah pegunungan dengan vegetasi yang terjaga dapat menjadi sumber air bersih yang dialirkan ke kaki dan lereng gunung.
o   Permasalahan lingkungan : rusaknya seluruh ekosistem lereng gunung jika terjadi letusan gunung api, penambangan pasir liar oleh warga sekitar, penebangan kayu liar sehingga menyebabkan erosi, dan perubahan fungsi hutan lindung sebagai daerah resapan air menjadi hutan produksi.
o   Sumber daya alam yang terkandung dapat berupa pasir dan batuan hasil letusan, keanekaragaman hayati di lereng dan kaki gunung, serta potensi objek wisata bagi wisawatan.

b.      Bentuk lahan asal struktural (S)
o   Satuan bentuk lahan terbentuk karena pengaruh kuat struktur geologis yakni adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran.
o   Permasalahan lingkungan : adanya erosi akibat gerakan lempeng saat terjadi pelipatan atau pensesaran.
o   Sumber daya alam yang terkandung : batuan geomorfologis yang telah berproses pada waktu geologis dan terbentuknya danau atau cekungan baru akibat patahan.
c.       Bentuk lahan asal fluvial (F)
o   Satuan bentuk lahan terbentuk karena aktifitas sungai dan air permukaan yang berupa pengikisan, pengangkutan, dan jenis buangan pada daerah dataran rendah seperi lembah, ledok, dan dataran alluvial.
o   Permasalahan lingkungan yaitu banjir
o   Sumber daya yang terkandung yaitu keanekaragaman ekosistem di sungai dan sumber air bagi warga sekitar.
d.      Bentuk lahan asal denudasional (D)
o   Satuan bentuk lahan terbentuk karena proses degradasi seperti pelapukan dan perpindahan material dari lereng atas ke lereng bawah (longsoran). Denudasi cendurung akan menurunkan bagian permukaan bumi yang positif hingga mencapai bentuk permukaan bumi yang hampir datar membentuk dataran nyaris (pineplain).
o   Permasalahan lingkungan yaitu erosi dan longsoran.
o   Sumber daya terkandung : meningkatkan kesuburan tanah di dataran rendah akibat berpindahnya sedimen humus di dataran tinggi akibat longsoran.
  1. Bentuk lahan asal solusional (K)
o  Satuan bentuk lahan terbentuk karena proses pelarutan batuan yang mudah larut.
o  Permasalahan lingkungan : pertambangan liar batu gamping dengan bahan peledak akan merusak struktur gunung karst dan membunuh hewan-hewan gua dan adanya penambangan berlebihan oleh industri semen.
o  Sumber daya terkandung : pengunungan karst merupakan daerah sumber air melalui sungai bawah tanah, keanekaragaman hayati ekosistem gua, penambangan guano untuk pupuk pertanian, serta dapat dijadikan objek wisata.
  1. Bentuk lahan asal marin (M)
o   Satuan bentuk lahan terbentuk karena proses aktifitas laut seperti gelombang, arus, pasang surut, abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai.
o   Permasalahan lingkungan yaitu adanya abrasi dinding pantai akibat aktifitas arus laut.
o   Sumber daya terkandung : keanekaragaman ekosistem pantai dan laut
  1. Bentuk lahan asal eolin (E)
o   Satuan bentuk lahan terbentuk karena proses angin. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas angin. Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu. Medan eolin terpenuhi jika tersedia material berukuran pasir halus dan debu dalam jumlah banyak, adanya periode kering yang panjang di sertai angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan tersebut, dan gerakan angin tidak terhalang oleh adanya vegetasi.
o   .Permasalahan lingkungan yaitu pengangkutan material halus tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan bagi penduduk sekitar dan menenggelamkan bangunan dengan adanya kiriman pasir dan debu.
o   Sumber daya terkandung : fenomena gumuk pasir sebagai salah satu contoh bentuk lahan eolin dapat menjadi objek wisata daerah setempat.


h.      Bentuk lahan asal glacier (G)
o   Satuan bentuk lahan yang terbentuk karena proses gerakan es (gletser) contohnya bentuk lahan lembah menggantung dan morine.
o   Permasalahan lingkungan yaitu pencairan es yang terlalu cepat dan banyak dapat meningkatkan level air laut sehingga membuat banjir rob bagi dataran rendah.
o   Sumber daya terkandung : merupakan sumber air bagi seluruh kehidupan di muka bumi.
  1. Bentuk lahan organik (O)
o   Satuan bentuk lahan yang terbentuk karena pengaruh kuat aktifitas organisme (flora dan fauna) contohnya mangrove dan terumbu karang. Hutan mangrove merupakan bentuk lahan yang dipengaruhi oleh pohon bakau di tumbuh diatas lahan gambut atau daerah pesisir. Sedangkan terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) dari laut.
o   Permasalahan lingkungan : pembabatan liar hutan bakau yang dirubah fungsi menjadi penambakan udang atau ikan dapat merusak fungsi alami hutan bakau. Sedangkan terumbu karang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, dan sedimentasi. Perubahan iklim yang mencolok dapat menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang membunuh organisme yang hidup di karang.
o   Sumber daya terkandung : hutan bakau merupakan perisai alami terjangan ombak di daerah pesisir dan keanekaragaman spesies tanaman bakau. Sedangkan ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup berbagai jenis ikan seperti ikan kerapu, ikan baronang, dan batu karang serta wilayah terumbu karang dapat dijadikan objek wisata laut.


PENDALAMAN MATERI KE 3

1.      Peta geomorfologi ialah peta yang disusun berdasarkan hasil interpretasi inderaan jauh dan pengamatan/penelitian lapangan yang disajikan dalam bentuk gambar,  melalui proses kartografi. Keterangan peta ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

2.       Isi dari peta geomorfologi yaitu :
a.    Kontur
b.   Pola aliran
c.    Jaring-jaring jalan dan tempat penting
d.   Material penyusun (batuan/tanah)
e.    Aspek morfologi/ bentuk lahan
f.    Aspek morfometri
g.   Proses geomorfik (erosi, longsoran, dst)

3.      Prosedur dalam pemetaan geomorfologi adalah sebagai berikut:
a.   Penyiapan peta
Pada tahap penyusunan peta geomorfologi, semua unsur yang menjadi persyaratan dalam pembuatan peta harus dimasukkan dan disesuaikan dengan ketersediaan ruang pada lembar peta.
·      Sumber data
Sumber data yang diperlukan dalam pelaksanaan pembuatan peta geomorfologi, di antaranya: peta rupabumi, foto udara, citra satelit dan lain -lain. Peta rupabumi yang digunakan mengacu pada sistem penomoran lembar peta Bakosurtanal.
·      Sistem referensi koordinat
Sistem referensi koordinat peta geomorfologi mengacu kepada sistem referensi geodetik nasional yang ditetapkan oleh Bakosurtenal, berdasarkan peraturan yang berlaku.

·      Ukuran lembar peta
Batas ukuran dan luas lembar peta ditentukan berdasarkan koordinat, untuk skala 1:250.000 adalah 1,5 x 1 derajat, 1:100.000 adalah 30 x 30 menit, 1:50.000 adalah 15 x 15 menit, sedangkan untuk skala 1:25.000 adalah 7,5 x 7,5 menit.
·      Pemerian geomorfologi
Unsur geomorfologi yang tercantum dalam peta geomorfologi meliputi satuan geomorfologi (bentukan asal dan bentukan lahan), morfologi, jenis batuan, proses geomorfologi, tanah/soil dan tutupan lahan.
b.       Simbol
Simbol merupakan tanda yang dipergunakan untuk mengutarakan informasi geomorfologi pada peta, berupa huruf dan angka, warna, garis dan corak.
·      Huruf dan angka
Huruf dan angka digunakan untuk menunjukkan satuan geomorfologi. Huruf digunakan untuk menunjukkan bentukan asal dari satuan bentuk lahan. Angka digunakan untuk menunjukkan jenis bentuk lahan pada masing-masing bentukan asal.
·      Warna
Warna digunakan untuk membedakan satuan bentukan asal. Untuk masingmasing bentuk lahan diberi simbol warna gradasi dari tua ke muda sesuai dengan warna dasar bentukan asal.

·      Garis
Garis digunakan untuk mengekspresikan elemen-elemen geomorfologi dan batas satuan peta geomorfologi.

4.   Untuk tujuan sains peta geomorfologi memiliki kegunaan : 
a.         memberikan informasi mengenai faktor -faktor geologi apa yang telah berpengaruh kepada pembentukan bentang alam disuatu tempat.
b.         memberikan informasi mengenai bentuk bentang alam apa yang telah terbentuk karenanya. Pada umumnya hal tersebut diumumkan secara diskriptif.
Untuk tujuan terapan peta geomorfologi memiliki kegunaan yaitu :
a.          banyak memberi informasi mengenai geometri dan bentuk permukaan bumi seperti tinggi, luas, kemiringan lereng, kerapatan sungai dan sebagainya.
b.         memberi informasi mengenai proses geomorfologi yang sedang berjalan seperti :
·         Jenis proses ( pelapukan, sedimentasi, erosi, longsoran, pelarutan dan sebagainya).
·         Besaran dan proses ( berapa luas, berapa dalam, berapa intensitas dan sebgainya).
5.      Simbol huruf dan warna unit utama geomorfologi yaitu:
a.    Bentukan asal struktur S (Structure) ungu
b.   Bentukan asal gunungapi V (Volcanic) merah
c.    Bentukan asal denudasi D (Denudasi) coklat
d.   Bentukan asal laut M (Marine) biru
e.    Bentukan asal sungai/fluvial F (Fluvial) hijau
f.    Bentukan asal angin A (Aeolian) kuning
g.   Bentukan asal kars K (Karst) orange
h.   Bentukan asal glasial G (Glacial) biru terang




Pendalaman Materi IV

1.                  Peta geomorfologi dari foto udara

2.      Peta landsystem dari foto udara dan citra satelit.



Pendalaman materi  5
1.      Apa yang di maksud satuan medan dan satuan lahan. Bagaimana satuan tersebut di buat atau disusun ?
2.      Apa yang di maksud karakteristik lahan dan kualitas lahan ?
3.      Apa keuntungan dan keunggulan prosedur evaluasi medan atau lahan satu tingkat dan dua tingkat
4.      Jelaskan bagaimana peta kemampuan lahan dan peta kesesuaian lahan dibuat
Jawab :
1.      Satuan medan adalah kelompok medan yang menunjukkan bentuk atau komplek benyuk lahan yang sejenis dalam hubungannya dengan karakteristik medan dan komponen-komponen medan yang utama (van Zuidam 1979), satuan lahan adalah bagian dari lahan yang mempunyai karekteristik yang spesifik. Pembuatan peta satuan lahan dapat menggunakan pendekatan geomorfologi, yaitu dengan memperhatikan: bentuk lerang Lereng :Lereng atau kondisi topografi suatu wilayah memrupakan hal yang penting dalam pembuatan peta satuan lahan. Kemiringan lereng dapat dihitung dari peta topografi. Besarnya indeks panjang dan kemiringan lereng dapat ditentukan dengan cara mmenghitung kerapatan garis kontur per saatuan panjang. Bentuk lahan : yaitunInformasi geomorfologis suatu daerah sangat penting untuk diketahui dan dipahami terutama kaitannya dengan permasalahan lingkungan yang pernah, sedang atau akan terjadi. Proses-proses geomorfologis yang mencakup proses endogenik dan eksogenik yang terjadi pada kala umur manusia dapat dipahami dan diinterpretasikan dari satuan-satuan bentuklahan yang menyusun suatu daerah. Analisis morfoometri, morfogenesis, morfokronologi dan morfoaransemen merupakan kunci dalam memahami proses-proses geomorfologi suatu daerah. Untuk itu, informasi geomorfologi ini sangat pening dalam penyuusunan dan pembuatan peta satuan lahan. Keadaan  Tanah : Faktor iklim dan organisme yang merupakan proses geomorfologi pada satuan bentuklahan tercermin pada proses pembentukan tanah. Proses geomorflogi merupakan hasil interaksi yang kompleks antara ikliim, organisme, batuan serta relief. Pemahaman yang komprehensif mengenai satuan tanah akan menggambarkan persebaran lahan yang ada di suatu daerah. Penggunaan lahan : Penggunaan lahan merepresentasikan campur tangan kegiatan manusia di lahan yang dapat mendegradasi ataupun mengagradasi suatu lahan. Untuk itu, informasi mengenai penggunaan lahan merupakan faktor penting dalam pembuatan satuan lahan.
2.            Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau attribute yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan ( performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics ). Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan berdasarkan karakteristik lahan. da empat kelompok kualitas lahan utama : (a) Kualitas lahan ekologis yang berhubungan dengan kebutuhan tumbuhan seperti ketersediaan air, oksigen, unsur hara dan radiasi (b) Kualitas yang berhubungan dengan kualitas pengelolaan normal, seperti kemungkinan untuk mekanisasi pertanian (c) Kualitas yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan, seperti respon terhadap pemupukan, kemungkinan untuk irigasi dan lain-lain (d) Kualitas konservasi yang berhubungan dengan erosi.
karakteristik permukaan lahan adalah hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan bentang permukaan lahan yang mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu. Masing-masing bentuklahan dicirikan oleh adanya perbedaan dalam hal struktur dan proses geomorfologi, relief/topografi dan material penyusunnya.
3.      Dalam evaluasi lahan ada 2 macam pendekatan/ tingkatan yang dapat ditempuh mulai dari tahap konsultasi awal (initial consultation) sampai kepada klasifikasi kesesuaian lahan (FAO, 1976). Kedua pendekatan itu adalah:  1) Pendekatan dua tahapan ( two stage Aproach) : Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap kedua evaluasi lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasi sumber daya lahan baik untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi (FAO, 1976). 2) Pendekatan/evaluasi parallel (parallel approach):  Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel), atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik.
dalam suatu evaluasi lahan digunakan berbagai parameter untuk menilainya yang disusun dalam suatu kualitas lahan dan karakteristik lahan. Berikut adalah contoh mengenai kualitas lahan dan karakteristik lahan yang digunakan menurut CSR/FAO (1983).
a.       Temperatur :
                                i.            Temperatur rata2
                              ii.            Elevasi
b.      Ketersediaan air
                                i.            Curah hujan
                              ii.            Lama masa kering
                            iii.            Kelembaban udara
c.       Ketersediaan oksigen :
                                i.            Drainase
d.      Media perakaran :
                                i.            Drainase
                              ii.            Tekstur
                            iii.            Bahan kasar
                            iv.            Kedalaman tanah
                              v.            Ketebalan gambut
e.      Toksisitas :
                                i.            Alumunium
                              ii.            salinitas
perosedur evaluasi 1 tingkat / parallel keuntungannya : Cara seperti ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil. Melalui pendekatan paralel ini diharapkan dapat memberi hasil yang lebih pasti dalam waktu yang singkat
prosedur evaluasi 2 tingkat keuntungannya : Klasifikasi terhadap lahan memiliki 2 data kesesuaian yaitu:  a. data tentang kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang telah diseleksi sejak awal kegiatan survei, seperti untuk tegalan (arable land) atau sawah dan perkebunan. b. data tentang analisis sosial ekonomi terhadap lahan yang di evaluasi. Dalam evaluasi 2 tingkan hasil dari evaluasi tahap pertama ini disajikan dalam bentuk laporan dan peta kemudian dijadikan subjek pada evaluasi tahap kedua yaitu digunakan sebagai dasar analisis aspek ekonomi dan sosialnya sehingga bukan hanya data tenatng lahan saja yang diperoleh tapi juga diperoleh data tentang aspek social budaya pada lahan tersebut
4.         Penilaian kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara mencocokkan (matching) data tanah dan fisik lingkungan dengan tabel rating kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan lahan mencakup persyaratan tumbuh/hidup komoditas pertanian yang bersangkutan, pengelolaan dan konservasi. Pada proses matching hukum minimum dipakai untuk menentukan faktor pembatas yang akan menentukan kelas dan subkelas kesesuaian lahannya. Dalam penilaian kesesuaian lahan perlu ditetapkan dalam keadaan aktual (kesesuaian lahan aktual) atau keadaan potensial (kesesuaian lahan potensial). Keadaan potensial dicapai setelah dilaksanakan usaha-usaha perbaikan (Improvement = I) terhadap masing-masing faktor pembatas untuk mencapai keadaan potensial. Sebelum melaksanakan evaluasi lahan, terlebih dahulu harus ditetapkan asumsi-asumsi yang akan diterapkan. Dalam hal ini apakah evaluasi lahan akan dilakukan dengan asumsi pada kondisi tingkat manajemen rendah (sederhana), sedang, atau tinggi. Evaluasi lahan untuk tujuan perencanaan pembangunan pertanian perkebunan besar dengan masukan teknologi tinggi, tentu berbeda asumsinya jika tujuan evaluasi lahan hanya untuk perkebunan rakyat yang cukup dengan masukan teknologi menengah. Demikian pula dalam hal penggunaan alat-alat pengolahan tanah dalam pembukaan lahan pertanian. Jika lahan akan diolah secara manual (cangkul atau bajak) maka asumsi yang dapat digunakan dalam menilai kualitas dan karakteristik lahan berbeda dengan penggunaan alat-alat berat (mekanik). Sebagai contoh penilaian terhadap tekstur tanah yang liat dan/atau berkerikil untuk pengolahan tanah secara manual tidak terlalu bermasalah dibandingkan jika menggunakan alat mekanik. Kasus serupa dalam menghadapi kualitas lahan terrain dalam hal ini lereng. Pada lereng lebih besar dari 8% jika tanah diolah dengan menggunakan traktor merupakan masalah, tetapi tidak demikian kalau diteras dengan menggunakan alat pengolah tanah yang sederhana.
Asumsi dapat dibedakan terutama atas dua hal: (1) yang menyangkut areal proyek; dan (2) yang menyangkut pelaksanaan evaluasi/interpretasi serta waktu berlakunya dari hasil evaluasi lahan. Beberapa contoh asumsi yang ditetapkan untuk evaluasi lahan secara kuantitatif fisik adalah sebagai berikut:
Data tanah yang digunakan hanya terbatas pada informasi atau data dari satuan lahan atau satuan peta tanah.
·         Reliabilitas data yang tersedia: rendah, sedang, tinggi
·          Lokasi penelitian atau daerah survey
·         Kependudukan tidak dipertimbangkan dalam evaluasi
·          Infrastruktur dan aksesibilitas serta fasilitas pemerintah tidak dipertimbangkan dalam evaluasi.
·         Tingkat pengelolaan atau manajemen dibedakan atas 3 tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
·          Pemilikan tanah tidak dipertimbangkan dalam evaluasi.
·         Pemasaran hasil produksi serta harga jual tidak dipertimbangkan dalam evaluasi.
·         Evaluasi lahan dilaksanakan secara kualitatif, kuantitatif fisik atau kuantitatif ekonomi.





Pendalaman materi 6
1.      Apa yang dimaksud surficial materi ? dimana materi tersebut ditemukan
2.      Bagaimana metode mengeveluasi potensi sumberdaya mineral dan batuan
3.      Apa yang dimakasud : bahaya, bencana dan potensi bencana
4.      Bagaimana memperhitungkan potensi bencana

Jawab dengan basis fisiografi
Jawab :
1.      pengantar Bahan surficial
Geologi proses seperti pelapukan dan erosi batuan dasar yang hancur menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dari sedimen. Sedimen seperti tanah liat, lumpur, pasir, kerikil, dan deposito longgar lainnya yang terletak di atas batuan dasar dikelompokkan bersama dalam kategori umum dari bahan surficial. Bahan-bahan bukan tanah, mereka adalah material bumi yang lebih dalam yang terletak di antara zona tanah dan batuan dasar yang mendasari. Tanah umumnya berkembang dengan pelapukan bagian paling atas dari bahan-bahan.
2.      Metode untuk mengevaluasi potensi sumberdaya mineral dan batuan adalah dengan melihat lithologi, ciri-ciri ubahan dan mineralisasinya. Sejumlah batuan dan singkapan batuan diambil untuk dilakukan analisis dasar penentuan potensi sumberdaya mineral dan batuan.
3.      Bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, Bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban  jiwa  manusia,  kerusakan  lingkungan,   kerugian  harta  benda,  dan  dampak   psikologis.
Bahaya (hazard) adalah suatu fenomena fisik, fenomena, atau aktivitas manusia yang berpotensi merusak, yang bisa menyebabkan hilangnya nyawa atau cidera, kerusakan harta-benda, gangguan sosial dan ekonomi atau kerusakan lingkungan (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007) atau peristiwa kejadian potensial yang merupakan ancaman terhadap kesehatan, keamanan, atau kesejahteraan masyarakat atau fungsi ekonomi masyarakat atau kesatuan organisasi pemerintah yang selalu luas (Lundgreen, 1986).
Resiko Bencana adalah probabilitas timbulnya konsekuensi yang merusak atau kerugian yang sudah diperkirakan (hilangnya nyawa, cederanya orang-orang, terganggunya harta benda, penghidupan dan aktivitas ekonomi, atau rusaknya lingkungan) yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara bahaya yang ditimbulkan alam atau diakibatkan manusia serta kondisi yang rentan (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007).
4.      Cara untuk memperhitungakan resiko bencana adalah dengan melakukan pendekatan
ekologi dan pendekatan keruangan yang berdasarkan atas analisa ancaman (hazard), kerentanan dan kapasitas sehingga dapat dibuat hubungannya untuk menilai resiko bencana dengan rumus:
            RB = HxV/C
RB: Resiko bencana
H: Hazard (bahaya)
V: Vulnerability (kerentanan)
C: Capasity (kemampuan)

Pendalaman materi  7
1.      Buat kerengka teoritik untuk aplikasi geomorfologi kajian air tanah pada suatu daerah
2.      Buat diagram alir penelitian untuk soal nomor 1
Artikan rong:
geologic study enable large areas to be rapidly and economicaly appraised on a preliminary basis as to their potential for groundwater development. A geologic investigation begins with the collection, analysis, and hydrogeologic interpretation of existing topographic maps, aerial photograph geologic logs and maps, and other pertinent records. This should be supplemented, when possible, by geologic data on : streamflow and springs; well yields; groundwater recharge; discharge and levels; and water quality. Such an approach should be regarded as a first step in any investigation of subsurface water because of no expensive equipment required; furthermore information on geologic composition and structure defines the need for field exploration by other methods.
Knowledge of depositional and erosional event in an area may indicate the extend and regularity of water-bearing formation. The type of rock formation will suggest the magnitude of water yield to be expected; one information may be adequate for domestic supply. Stratigrafi and geologic history of an area may several aquifers beneath unsuitable upper strata, the continuity and interconnection of aquifers, or important aquifers boundaries. The nature and thickness of overlying beds, as well as the dip of water-bearing formations, will enable to estimates of drilling depth to be made. Similarity, confined aquifers may be notedf and the possibly of flowing wells surface unconsolidated formations serving as aquifers, such as may form impermeable barriers to subsurface flow, frequently can be mapped from surfacetraces.
           

0 komentar:



Posting Komentar